Penanganan atau Pengelolaan Limbah
Limbah industri perlu dikelola dengan baik. Proses penanganan dan pengelolaan limbah industri, perlu dilakukan secara penuh kehati-hatian, tanpa harus terjadinya pencemaran lingkungan yang krusial.
Setiap jenis limbah membutuhkan penanganan secara berbeda-beda. Berikut beberapa langkah yang perlu dilakukan:
Dampak Limbah Industri
Limbah industri tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Perlu penanganan khusus agar tidak berdampak pada lingkungan atau kehidupan di sekitar. Untuk mengetahui kesiapan kadar limbah tersebut dibuang, tentu memerlukan pengukuran lebih lanjut.
Pengukuran ini harus dilakukan dengan pihak eksternal, karena industri tidak diperkenankan untuk mengukur sendiri. Salah satunya dengan menggunakan layanan uji dari Laboratorium Lingkungan.
Adapun beberapa dampak limbah industri menyebabkan pencemaran lingkungan adalah:
Membuang limbah secara sembarangan tanpa melakukan uji analisis maupun monitoring akan berdampak pada ekosistem air tersebut serta dapat berdampak pada Kesehatan manusia, jika air yang sudah tercemar tersebut dikonsumsi. Pembuangan limbah secara sembarangan juga menjadi bagian dari pencemaran air, baik itu di sungai maupun di laut.
Dampak Terhadap Udara
Pencemaran udara yang terjadi saat ini pun bukan hanya disebabkan oleh asap kendaraan saja, tetapi juga berasal dari asap cerobong pabrik. Asap yang keluar memiliki senyawa atau zat yang berbahaya terhadap udara sekitar.
Apabila asap yang keluar melebihi Baku Mutu yang sudah ditentukan oleh kebijakan Pemerintah, tentu ini akan berbahaya bagi kondisi lingkungan sekitar. Bahkan bagi manusia, bisa menyebabkan masalah pernafasan, asma, penyakit paru, kanker, serta penyakit jantung.
Penanganan Limbah Padat
Pada limbah padat, penanganannya dibagi menjadi beberapa cara, menyesuaikan dengan jenis limbah. Apakah limbah organik atau anorganik.
Pengelolaan limbah organik, pada umumnya dilakukan dengan cara menimbun dan diuraikan menggunakan mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme ini dapat membantu menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah.
Namun, penimbulan sampah organik tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Anda membutuhkan langkah-langkah yang tepat dan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Anda juga bisa menyerahkan penanganan tersebut kepada tim PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Dapatkan penawaran disini!
Limbah padat juga bisa dikelola dengan cara insinerasi atau pembakaran. Jenis pengelolaan limbah ini pun disebut dengan proses termal. Proses penanganan insinerasi juga dapat dikatakan sebagai langkah yang optimal dalam mengurangi limbah karena mengubah menjadi abu, partikulat, dan gas sisa hasil pembakaran. Tetapi banyak industri yang enggan menggunakan sistem ini karena biaya penanganan yang besar.
Pengelolaan Limbah Industri Pangan
Pengelolaan Limbah Industri Pangan
Squalen Vol. 3 No. 2, Desember 2008, 2008
ABSTRAK Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki keragaman hayati yang berlimpah di antaranya berbagai jenis rumput laut atau makroalga, yang lazim disingkat dengan alga. Salah satu substansi kimia dari rumput laut yang bermanfaat adalah karbohidrat berupa polisakarida seperti alginat, karagenan, dan agar, sedangkan komponen penting lainnya adalah protein, lemak, dan vitamin yang semuanya merupakan metabolit primer. Metabolit primer tersebut telah banyak dimanfaatkan untuk bahan baku industri, makanan tambahan, sayuran, dan bahan obat-obatan guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan untuk diekspor. Di samping itu, alga juga merupakan sumber senyawa bioaktif, yang merupakan metabolit sekunder yang memiliki aktivitas seperti antibakteri, antitumor, antiinflamasi, dan lain-lain. Pemanfaatan metabolit primer dari alga telah cukup berkembang namun pemanfaatan metabolit sekundernya hingga saat ini masih terbatas. KATA KUNCI: alga laut, prospek, industri PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan jenis tumbuhan tingkat tinggi yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari jenis flora dunia. Di samping itu, masih terdapat tumbuhan tingkat rendah berupa lumut dan gangang yang berjumlah ± 35.000 jenis dengan 40% diantaranya merupakan jenis yang endemik atau hanya terdapat di Indonesia saja. Tingginya kekayaan alam dengan keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki Indonesia itu memungkinkan untuk ditemukannya beraneka jenis senyawa kimia, karena semakin tinggi tingkat ev olusi dari suatu tanam an, m aka keanekaragaman molekul dari tumbuhan tersebut juga beragam (Widjihati, 2004). Indonesia juga telah dikenal luas sebagai negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya adalah lautan dan mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu ± 81 ribu km. Di dalam lautan terdapat bermacam-macam makhluk hidup baik berupa tumbuhan air maupun hewan air. Salah satu makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang di laut adalah alga. Ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga terkandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, agarosa, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Agarosa merupakan jenis agar yang digunakan pada percobaan dan penelitian di bidang bioteknologi dan mikrobiologi. Sejauh ini, pemanfaatan alga sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman jenis alga yang ada di Indonesia. Padahal komponen kimiawi yang terdapat dalam alga sangat bermanfaat sebagai bahan baku industri makanan, kosmetik, farmasi, dan lain-lain (Satari, 1996). Rumput laut (makroalga) adalah ganggang alga (algae) yang berbentuk poliseluler dan hidup di laut. Menurut Winarno (1990) dalam Yunizal (2004), alga hijau dan biru banyak tumbuh di air tawar, sedangkan alga coklat dan merah hampir secara ekslusif tumbuh di laut sebagai habitatnya. Anggadiredja et al.(2006) menyatakan bahwa dari 782 jenis rumput laut Indonesia, hanya 18 jenis dari 5 genus (marga) yang sudah diperdagangkan. Dari kelima marga tersebut, hanya genus Euchema dan Gracillaria yang sudah dibudidayakan. Produksi rata-rata rumput laut Indonesia selama 5 tahun(1995-1999) sebesar 38.000 ton per tahun dipanen dari lahan seluas kurang lebih 2.500 ha (tambak dan laut). Dengan demikian, baru termanfaatkan sebesar 9,7% saja dari luas potensi lahan yang ada (Anggadiredja et al., 2006).
%PDF-1.5 %âãÏÓ 3 0 obj << /Type /Page /Parent 2 0 R /Resources << /ProcSet [/PDF /Text ] /Font << /F1 6 0 R /F2 9 0 R /F3 12 0 R /F4 15 0 R >> >> /MediaBox [0 0 420 595] /Contents 4 0 R >> endobj 4 0 obj << /Filter /FlateDecode /Length 2577 >> stream x^Í]�Û6òÝ¿Â�Ö¡vÅÑÒõÀh{Zt�{8ôa·Þ8�ã�›Ô8äß—CÎ�#J²=ò8YØg8ß_¤ÿXü±øöañõwjÙ-Þ.ê%üû´_¨M]×:|SKÓª�^6 ü}8.þ»ú½úuùðÃâ_‹ŸoD`6-G°C ì4m ªöx†‡j½m
Efisiensi sistem industri dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah produksi menjadi sumber energi terbarukan. Limbah sektor pertanian seperti sekam, tandan buah, potongan kayu, dan ampas seduhan masih menyimpan energi yang dapat dimanfaatkan. Teknologi energi biomassa menjadi salah satu alternatif untuk memaksimalkan potensi limbah sebagai clean energy di masa depan.
Produksi energi adalah salah satu penyebab terbesar polusi udara di dunia. Sumber energi seperti batu bara dan bahan bakar fosil menyumbang emisi karbon dalam jumlah besar yang dapat berdampak pada iklim, keberlangsungan hidup, dan sektor ekonomi di masa mendatang. Semakin lama, semakin banyak studi dan pengembangan teknologi guna menemukan sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan (clean energy).
Lebih lengkapnya silakan baca di Foodreview Indonesia edisi November 2018: Packaging Solutions. Pembelian & Berlangganan hubungi kami: [email protected] / 0251 8372 333 / WA 0811 1190 039
Permasalahan Limbah Industri di Indonesia memang cukup kompleks. Masih banyak industri abai terkait penanganan limbah yang dihasilkan dari proses industri yang mereka jalankan. Limbah industri dapat dikatakan sebagai sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Pencemaran Limbah Industri masih merajalela dan cara pengelolaan limbah industri masih dilakukan tidak tepat, sering ditemui pencemaran di Kawasan industri di Indonesia. Jika itu dibiarkan, akan sangat berbahaya bagi kondisi lingkungan sekitar Industri.
Jumlah limbah industri tentu akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan Kawasan-kawasan industri di Indonesia. Permasalahan limbah perlu ditangani secara tepat, agar tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan yang bisa mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Limbah industri memerlukan pengelolaan dan pembuangan secara hati-hati, karena akan berdampak terhadap lingkungan dan Kesehatan masyarakat.
Meskipun sudah ada kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah mengenai limbah secara komprehensif, tetapi masih kurang dari sisi pengawasan di lapangan. Sehingga masih ada industri “nakal” yang tidak mengelola limbah sesuai dengan kebijakan yang ada.
Jenis Limbah Industri
Limbah industri memiliki beberapa jenis, jenis limbah ini terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
Jenis limbah satu ini mungkin menjadi jenis limbah yang cukup banyak ditemukan dan sering menjadi limbah yang sering di protes oleh masyarakat yang wilayahnya terdampak. Limbah cair merupakan limbah dengan wujud cair yang dihasilkan dari kegiatan produksi pada manufaktur atau industri.
Limbah cair ini menjadi jenis limbah yang memiliki masalah paling besar, karena sering menjadi jenis limbah yang memiliki zat yang dapat mempengaruhi ekosistem maupun kesehatan manusia, jika tidak ditangani dengan tepat. Jenis zat tersebut bisa mengendap ke dalam tanah, mempengaruhi tanaman, hewan, dan manusia.
Baca Juga: Mengenal Karakteristik Limbah Cair, Nomor 3 Paling Sering Ditemui!
Limbah padat merupakan jenis limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan industri maupun tempat-tempat umum. Jenis limbah padat muncul dari sisa-sisa produksi yang tidak terpakai, jenis bubur, dan lumpur dari hasil industri termasuk kelompok limbah padat.
Selain itu, limbah padat hasil produksi terbagi menjadi dua jenis, yaitu organik kayu, karton, atau kertas. Serta anorganik besi, plastik, dan puing dari konstruksi.
Jenis limbah gas juga menjadi bagian limbah yang cukup berbahaya bagi lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Limbah gas ini adalah limbah yang bersumber dari pembakaran proses produksi, umumnya limbah ini keluar dari cerobong asap pabrik.
Dampak dari limbah gas yang tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh terhadap pencemaran udara yang berdampak buruk terhadap makhluk hidup di sekitar. Adapun golongan dari limbah gas adalah asap pabrik, kebocoran gas, pembakaran pabrik, kelebihan gas metana, karbon monoksida, dan hidrogen peroksida.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Jenis limbah B3 dihasilkan dari industri yang memiliki kandungan berbahaya dan beracun. Oleh karena itu, jenis limbah dari industri tersebut perlu ditangani khusus. Pembuangan limbah berbahaya dan beracun tidak bisa dilakukan secara sembarangan atau tanpa pengolahan secara khusus.
Jika menganut pada The Environmental Protection Agency (EPA) jenis limbah B3 terbagi menjadi 4 :
Baca Juga: Kenapa Air Limbah Domestik Perlu Diuji?
Pengertian Limbah Industri
Limbah industri merupakan sampah industri yang dihasilkan dari proses manufaktur atau industri. Limbah ini memiliki berbagai jenis, tergantung dari produk industri yang dihasilkan. Setiap limbah yang dihasilkan oleh industri memiliki senyawa, partikel, bahan berbahaya dan beracun yang dapat berdampak pada lingkungan, manusia, serta makhluk hidup lainnya.
Pengelolaan Limbah Gas
Jenis limbah berikutnya yang perlu penanganan khusus adalah Gas. Limbah gas sering dikatakan menjadi limbah yang berbahaya dibandingkan dengan limbah cair dan padat, karena limbah jenis ini tidak dapat dilihat dengan mata. Sehingga penanganan jenis limbah ini perlu dilakukan secara tepat agar tidak mencemari lingkungan.
Proses pengelolaan Limbah dilakukan dengan cara mengurangi jumlah gas yang dibuang dengan desulfurisasi menggunakan filter basah.
Metode ini digunakan untuk menyamarkan bau tak sedap yang keluar. Bisa juga dilakukan dengan metode fase padat. Dengan metode ini, bau gas akan di serap dengan adsorben padat berupa arang aktif.
Selain kedua cara tersebut, banyak pelaku industri yang melakukan penanganan limbah gas dengan mengurangi jumlah buangan gas dengan bahan bakar ramah lingkungan.
Jenis penanganan limbah selanjutnya adalah penanganan Limbah B3. Penanganan Limbah B3 tentu berbeda dengan penanganan jenis limbah sebelumnya. Sebelum dibuang, langkah-langkah penyimpanan pun harus diperhatikan supaya tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Bahkan dalam penanganannya, limbah B3 tidak diperbolehkan untuk disatukan dengan jenis limbah lain. Selain itu, limbah B3 dalam penyimpanan perlu izin dari Pemerintah setempat.
Penanganan Limbah B3 bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Proses pengelolaan limbah jenis ini dilakukan dengan menyisihkan bahan tersuspensi ukuran besar dan mengendap atau mengapung. Umumnya dilakukan pada bahan-bahan seperti minyak dan lemak. Cara ini juga dilakukan dengan menyisihkan bahan tersuspensi atau pemekatan lumpur endapan dengan memberikan aliran udara ke atas.
Pengelolaan dengan cara kimia dilakukan dengan menghilangkan partikel yang sulit mengendap seperti logam berat, fosfor, dan zat organik beracun. Cara ini dilakukan dengan menggunakan bahan kimia tertentu menyesuaikan pada jenis dan kadar limbah.
Pengelolaan limbah B3 dengan bahan kimia dilakukan dengan stabilisasi/solidifikasi: proses mengubah bentuk fisik senyawa kimia dengan menambah bahan pengikat atau zat pereaksi. Penambahan tersebut dilakukan untuk memperkecil pelarutan, pergerakan, dan penyebaran racun pada limbah sebelum dibuang.
Cara terakhir dalam pengelolaan limbah B3 adalah dengan cara biologi atau bioremediasi dan fitoremediasi.
Bioremediasi adalah cara yang dilakukan dengan menggunakan bakteri atau mikroorganisme lain untuk membantu mengurai limbah B3. Fitoremediasi adalah cara penanganan limbah industri dengan menggunakan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan beracun dari tanah. Kedua cara tersebut sering digunakan, karena biaya yang dikeluarkan relatif rendah. Tetapi kekurangannya, cara tersebut perlu waktu lama jika jumlah limbah yang akan diurai cukup banyak.
Baca Juga: Ciri Ciri Air Mengandung Limbah, Nomor 5 Bikin Ngeri
Pencemaran limbah industri dan cara penanganannya perlu dilakukan secara tepat. Anda juga membutuhkan Laboratorium Lingkungan untuk mengetahui dampak dari Limbah yang dikeluarkan dari proses Manufaktur dan Industri. Pastikan Anda selalu melakukan uji dan monitoring limbah sesuai dengan kebijakan dan aturan yang berlaku.
Jika Anda membutuhkan Laboratorium Lingkungan, Anda bisa menggunakan Layanan Uji dan Analisa Limbah oleh PT Advanced Analytics Asia (A3) Laboratories. Tim Penguji kami sudah berpengalaman dan bersertifikasi dalam penanganan Limbah Industri. Dapatkan Penawaran sekarang!!
Penanganan Limbah Cair
Penanganan pada limbah cair dilakukan dengan cara mengeluarkan polutan yang terdapat di dalam limbah, agar cairan yang ada di dalam limbah dapat dibuang secara bersih tanpa menyebabkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah cair dibagi menjadi tiga cara, yaitu:
Penanganan limbah secara fisika dilakukan dengan cara melakukan pemisahan material kotor dalam cairan. Ada beberapa tahapan yang dilakukan, seperti: Pengendapan, flotasi, penyerapan, dan penyaringan.
Pada pengelolaan limbah secara kimia dilakukan dengan ozonisasi, oksidasi, koagulasi, dan menukar ion. Metode kimia juga menyesuaikan pada jumlah polutan yang perlu dihilangkan dari limbah.
Penanganan limbah secara biologi dilakukan dengan mengurai polutan atau zat menggunakan mikroorganisme.
Baca Juga: Pentingnya Rutin Melakukan Pengolahan Air Limbah 6 Bulan Sekali